Politik? Apaan Tuh? Ngeri ah!
Bisa jadi demikian pandangan remaja terhadap politik, termasuk juga remaja santri. Tapi benarkah politik hanya bertujuan untuk mendapatkan materi dan kekuasaan? Nggak kok….. politik juga bisa dijalani dengan cara mulia plus tujuannya juga mulia.
Politik biasa diartikan sebagi seni untuk memperoleh dan mengelola kekuasaan. Karena politik adalah seni, maka ia pun mirip dengan seni pada umumnya yaitu ada seni yang bermutu atau kelas tinggi dan seni yang ra mutu atau kelas rendahan misalnya seni porno. Politik yang bermutu adalah politik kelas tinggi. Politik kelas tinggi bukan berarti politik yang dilakukan oleh orang-orang besar atau yang ber-uang dan berkuasa. Politik kelas tinggi adalah politik yang dilakukan secara profesional dalam arti jujur, bersih, memperjuangkan tujuan yang jelas dan mulia serta menggunakan cara yang kreatif. Adapun politik yang ra mutu adalah politik yang orientasinya hanya materi, kehormatan dan kekuasaan. Karena tujuannya sudah ndak bener, biasanya cara yang ditempuh juga cara-cara kotor, seperti suap, sogok, kampanye hitam (kampanye yang menjelekkan lawan atau saingannya), dan sebagainya.
Tujuan mulia dalam berpolitik bisa sangat beragam tergantung dari ideologi yang diusung. Contohnya, Partai Demokrat di Amerika memperjuangkan kebebasan individu (liberal) sedangkan Partai Republik mempertahankan nilai-nilai lama (konservatif). Lalu bagaimana di Indonesia? Di masa reformasi ini, belum ada partai yang memiliki ideologi yang jelas. Tapi dalam Islam, kekuasaan itu jelas untuk menyejahterakan rakyat. Karena itu, upaya untuk memperoleh kekuasaan harus bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Berkuasa bukan berarti memperoleh fasilitas lebih tapi berkuasa artinya siap berkorban materi, waktu, tenaga bahkan jiwa demi memperjuangkan rakyat. Wuih berat ya ……
Ternyata, berpolitik tingkat tinggi tidak harus dengan memperoleh kekuasaan dulu. Karena itu, pada dekade 90-an dikenal istilah “politik arus atas” dan “politik arus bawah”. Politik arus atas adalah pandangan bahwa menyejahterakan rakyat harus dimulai dengan memegang kekuasaan. Tokohnya saat itu adalah Amin Rais yang dikenal dengan jargon reformasi (mengganti Soeharto sebagai presiden). Sedangkan politik arus bawah berpandangan bahwa untuk menyejahterakan masyarakat, yang perlu dilakukan adalah menguatkan masyarakat secara politik agar memiliki posisi tawar di hadapan negara. Penguatan masyarakat ini dapat dilakukan melalui pemberdayaan ekonomi, pendidikan yang bermutu dan sebagainya. Tokohnya adalah Gus Dur (terlepas dari kenyataan bahwa pada akhirnya Gus Dur juga terjun ke arena politik arus atas).
Terlepas dari itu semua, ternyata individu itu tidak bisa lepas dari politik, lho. Manusia adalah “zoon politicon” makhluk berpolitik, tidak bisa menghindari politik. Sebuah ungkapan lain menyebutkan “Personal is political”. Ungkapan ini tidak hanya berarti bahwa setiap orang punya hak pilih dalam pemilu. So, Apa maksudnya? Artinya, setiap orang memiliki sikap yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik, juga sangat terimbas oleh kebijakan politik tertentu. Contoh, golput atau sikap tidak nyoblos. Golput adalah sikap pribadi. Ketika sekian ribu pribadi menyatakan golput, maka akan mempengaruhi keabsahan sebuah kekuasaan yang tercipta (proses perolehan kekuasaan dipertanyakan deh!). Atau, sikap pribadi untuk tidak membeli satu produk kosmetik. Memang seperti tidak berarti. Tetapi, jika sikap itu dimiliki oleh sekian ribu pribadi, pabrik kosmetik akan merugi besar atau bahkan tutup (Nah tuh, menteri industri dan perdagangan pasti kalang kabut mikirin tenaga kerja pabrik yang kehilangan pekerjaan). So, jangan remehkan setiap sikap pribadi! Contoh kecil lagi, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM (ini artinya produk sebuah pengelolaan kekuasaan) telah membuat seorang ibu rumah tangga bunuh diri setelah sebelumnya membunuh anak-anaknya karena bingung bagaimana menghidupi anak-anaknya di tengah harga bahan pokok yang terbang tinggi.
Politik, bagaimanapun, sebuah bagian kehidupan yang sangat mempengaruhi hidup semua orang. Karena itulah politik menjadi penting untuk dipelajari (paling tidak diketahui), bahkan kalau mungkin dilakoni, asal untuk tujuan dan cara yang mulia. Terlebih lagi, pesantren mulai ikut berpolitik, so santri juga harus melek politik biar ndak jadi korban politik ra mutu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar